Seorang warga di Kabupaten Pati menjadi viral di media sosial karena menjalani ritual tapa pendhem (Foto dok.istimewa/sr.bolagila.asia)

Bolagila.asia, Pati – Supani (62) atau yang akrab disapa Mbah Pani, warga Desa Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Pati, menjalani ritual tapa pendhem atau bertapa dalam keadaan dikubur hidup-hidup. Sebelum menjalani ritual, ternyata ia sempat membuat surat pernyataan.

Kapolsek Juwana AKP Eko Pujiono menjelaskan surat pernyataan tersebut berisi pernyataan sikap anggota keluarga yang tidak akan mempermasalahkan jika nantinya ritual tapa pendhem yang dilakukan Mbah Pani gagal.

Mbah Pani (Foto: dok. Istimewa /sr.bolagila.asia)

“Kami meminta agar Mbah Pani membuat surat pernyataan dan bersama keluarganya agar nantinya, bila terjadi apa-apa tentang keselamatan Mbah Pani, tidak menimbulkan gangguan kamtibmas. Surat pernyataan saat ini sudah diamankan oleh pihak pemerintah desa setempat,” kata Eko kepada bolagila.asia, Selasa (17/9/19).

Pada saat prosesi ritual tapa pendhem pun, Eko mengakui, jajaran Polsek Juwana ikut hadir di lokasi.

“Sebab, di sana itu ramai pas prosesi Mbah Pani hendak melakukan ritualnya itu, sehingga kami sebagai pemangku kamtibmas di sini tetap bersiaga di lokasi, terlebih memang ada laporan dari pemdes, sehingga kami terjun ke lokasi,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Desa Bendar, Sutopo, menyebut ritual tapa pendhem yang dilakukan oleh Mbah Pani tidak berpengaruh besar soal kondisi masyarakat setempat. Sebab, menurutnya, masyarakat telah terbiasa dan memaklumi aktivitas Mbah Pani itu.

“Mbah Pani ini sudah biasa, sudah sembilan kali. Nah, ini yang ke-10. Katanya ini yang terakhir, ritual penutup begitu. Memang, biasanya hanya 3 hari 3 malam, ini nanti yang terakhir rencanannya sampai 5 hari 5 malam,” katanya.

Ia pun menegaskan, di wilayah Bendar sendiri tidak ada kelompok masyarakat yang mengamalkan ajaran aliran kepercayaan tertentu. Ia pun mengaku heran atas tindakan yang dilakukan Mbah Pani.

“Kalau lingkungan sini ya tidak ada aliran kepercayaan tertentu ya. Perkumpulan juga tidak pernah ada, mungkin Mbah Pani ini pernah berguru di luar daerah sini, dan di sini diamalkan sendiri. Selama ini di sini ya aman-aman saja,” terang Sutopo
(Sr/bgselalu)