BOLAGILA, Jakarta – Air bisa menggantikan bensin sebagai bahan bakar kendaraan? Percaya tak percaya, ada orang Indonesia yang menemukan alat pengubah air jadi bahan bakar ramah lingkungan bernama Nikuba.

Adalah Aryanto Misel, seorang warga Cirebon, Jawa Barat, yang telah mengembangkan Nikuba selama lima tahun. Ia mengklaim berhasil membuktikan alat tersebut dapat menghasilkan bahan bakar yang dapat digunakan untuk menggerakkan sepeda motor.

Temuan Aryanto ini telah diterapkan pada sepeda motor dinas personel Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI dari Komando Resor Militer 063/Sunan Jati, Cirebon dan Komando Daerah Militer III/Siliwangi, Bandung. Berdasarkan hasil uji cobanya, dengan bahan bakar 1 liter air, Nikuba diklaim bisa menempuh jarak 450 kilometer.

Dalam keterangan resmi Kodam Siliwangi, Nikuba merupakan akronim dari ‘Niku Banyu’ atau ‘Ini Air’. Mesin itu mampu mengonversi air melalui sistem pemisahan hidrogen dan oksigen pada kandungan air hingga menjadi energi mesin pembakaran dalam Internal Combustion Engine (ICE) di kendaraan.

Kapendam III/Siliwangi Kolonel Adhe Hansen mengatakan, alat yang dikembangkan Aryanto Misel bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo ini dilirik penyedia energi bagi perusahaan otomotif asal Italia yakni Ferrari dan Lamborghini. Aryanto pun berangkat ke Italia untuk menjelaskan karyanya pada Juni 2023.

Sepulangnya dari Italia, Aryanto mengaku keberangkatannya ke Milan untuk mempresentasikan teknologi Nikuba ke perusahaan otomotif asing. “Saya diajak ke lab, mereka sedang mengembangkan Nikuba juga, alatnya dibeli dari Rumania, tapi alat mereka tidak bisa untuk menghidupkan atau menjalankan motor.” 

Selain itu, dalam wawancaranya dengan stasiun televisi swasta, Aryanto juga diminta untuk membantu agar sepeda motor yang ditenagai mesin buatan Rumania itu agar bisa menyala dan berjalan. “Otomatis (untuk bisa menghidupkan motor dengan Nikuba) saya harus buka formula, akhirnya saya berikan hal resep-resep yang saya miliki, hanya 50 persen. Ternyata motor itu bisa hidup, tetapi belum bisa berjalan,” ungkap Aryanto.

Namun, dirinya belum bisa memberikan 100 persen formula terkait teknologi Nikuba buatannya yang bisa dipakai untuk menjalankan motor tanpa bensin. Hal ini karena belum ada pembahasan tentang kompensasi atas hal tersebut.

“Kalau saya bantu semua, saya harus buka semua formula, sedangkan kompensasi untuk saya untuk masalah formula belum ada sama sekali, jadi saya tahan (buka rahasia) 50 persen,” kata Aryanto.

Ia pun mempersilakan para produsen otomotif asing tersebut untuk datang ke kediamannya jika ingin mendapatkan seluruh rahasia dari teknologi Nikuba miliknya. “Nanti silakan di Indonesia saja, rencananya Agustus, datang ke rumah saya, saya ajari di sini. Karena saya keberatan, kalau saya buka resep, bagaimana kompensasinya?”

Aryanto pun menyatakan, perusahaan otomotif asing tersebut tertarik dengan teknologi Nikuba bikinannya karena mereka telah sekian bulan mengembangkan, namun belum bisa menghidupkan dan menjalankan sepeda motor.

Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu menanggapi terkait hebohnya alat bernama Nikuba atau Niku Banyu, ciptaan Aryanto Misel. Menurutnya, pemberitaan terkait inovasi teknologi yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar hidrogen untuk sepeda motor ini cukup aneh.

“Tahun lalu sempat diangkat, dan sudah selesai. Sampai media televisi sudah mendatangi yang bersangkutan, dan sudah diklarifikasi dengan kesimpulan meragukan (penemuan Nikuba). Tapi, tiba-tiba diangkat lagi, dan ini yang bikin aneh. Sudah selesai tapi diangkat lagi,” ujar Yannes, saat dihubungi , Jumat (14/7/2023).

Ia menilai, munculnya keraguan dari Nikuba ini karena keaslian dan keefektifitasan inovasi tersebut sebagai teknologi yang mampu mengubah air jadi energi penggerak mesin kendaraan dengan efisiensi yang sangat-sangat tinggi tidak terungkap secara gamblang.

“Keraguan yang muncul dari tahun lalu, sudah dibahas banyak di media. Pertama soal efisiensi yang dilakukan baterai 12V untuk menghasilkan jumlah gas, yang dimanfaatkan energi penggerak motor bakar. Di situ, muncul keganjilan. Terus terang, untuk bisa menghasilkan hidrogen dalam jumlah besar, perlu energi besar juga, energi listrik yang besar sekali,” jelasnya.

Kedua, sambung Yannes, hidrogen ini sebenarnya yang dihasilkan tidak diceritakan juga, apakah dalam tekanan ruang yang standar atau bagaimana. Menurut Yannes, untuk bisa menghasilkan jumlah kalori setara bahan bakar minyak (BBM), diperlukan tabung berkompresi tinggi, sekitar 150 psi.

“Ini tidak diceritakan juga, banyak hal-hal yang dirahasiakan dengan dalil kerahasian dan sebagainya. Akhirnya, menimbulkan keraguan dari banyak pihak, terutama pihak dari dunia riset,” kata Yannes.

Sementara itu, dengan hebohnya Nikuba ini, menurutnya ada perang informasi yang terjadi. Pertama, ada informasi yang sesungguhnya yang tidak disampaikan. Kemudian, disinformasi yang terus diviralkan, melalui jalur media sosial bukan lembaga-lembaga atau tempat-tempat yang memiliki kualifikasi atau memiliki kompetensi kuat, baik perseorangan, LSM, atau lembaga riset pemerintah dan luar negeri yang bisa mensahkan inovasi tersebut.

“Kalau memang teknologi pemisahan hidrogen bisa dihasilkan dengan sangat efisien dan mudah. Terus terang, ada dua brand besar dunia yang mengembangkan teknologi fuel cell untuk kendaraan bermotor, misalkan Toyota dan BMW. Mereka lembaga riset puluhan tahun, kok tidak bisa menghasilkan skala keekonomian disampaikan sosial media (Nikuba),” ungkap Yannes.

Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menawarkan kesempatan kepada Aryanto Misel untuk melakukan riset lanjutan terhadap alat Nikuba. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan BRIN memiliki berbagai fasilitas riset yang bisa dipakai tidak hanya oleh kalangan akademisi maupun industri, tetapi juga individu.

“BRIN punya semua fasilitas yang kami sediakan untuk seluruh fasilitas periset di Tanah Air, baik itu di kampus termasuk juga personal seperti yang membuat Nikuba. Itu salah satu yang sedang kami ajak supaya bisa dibuktikan secara saintifik, itu dulu nomor satu,” ujarnya.

Handoko mengklaim BRIN telah mengetahui kehadiran Nikuba sejak tahun lalu dan sudah mengirimkan tim untuk melihat alat tersebut. Berdasarkan asesmen tim BRIN, Nikuba perlu ada riset lanjutan. Meski demikian, BRIN tetap mengapresiasi dan mendukung temuan tersebut.

Handoko ingin Aryanto menyempurnakan alat itu bersama-sama mengingat Nikuba adalah bahan bakar berbasis hidrogen yang punya banyak variasi dan banyak temuan. “Kalo di sains, kita harus cukup berhati-hati, jadi kita akan melihat bersama-sama, kita kembangkan sampai terbukti secara saintifik bisa diterima oleh komunitas ilmiah,” Handoko memungkasi

Aryanto Misel telah menyatakan tidak butuh dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk pengembangan Nikuba. “Saya nggak butuh mereka (BRIN) saya sudah dibantai habis, enggak mau.”

Dia mengaku lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan otomotif asing. Bahkan, dirinya bermaksud menawarkan teknologi Nikuba untuk dijual ke perusahaan otomotif asing sebesar Rp 15 miliar.

Saat sedang berada di Milan, Aryanto mengaku kaget karena ada pihak dari BRIN yang juga datang ke acara tersebut. “Saya seminggu di Milan, tahu-tahu ada orang BRIN datang ke sana, saya kaget kok ada orang BRIN, sedangkan dulu membantai saya habis-habisan, kok tahu-tahu ada di Milan,” katanya.

Aryanto bercerita, setahun belakangan sejak teknologi Nikuba viral, dirinya tidak dihubungi sekali pun oleh BRIN. Oleh karenanya dirinya terkejut saat ada pihak BRIN juga ada di Milan ketika dirinya mempresentasikan teknologi Nikuba ke perusahaan otomotif asing.

Terpisah, Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Haznan Abimanyu menyatakan, pada dasarnya BRIN mendukung agar Nikuba dapat diuji secara ilmiah. Alasannya, secara ilmiah, air memang dapat diubah menjadi energi dengan menggunakan prinsip elektrolisis, di mana arus listrik searah DC dialirkan ke air (H20) dengan menambahkan zat kimia yang terdiri dari Sulfuric Acid (H2SO4).

Proses tersebut akan menyebabkan air melepaskan elektron pada sisi anoda (+) untuk memisahkan O2 atau Oksigen. Lalu, ion Hidrogen menerima elektron di sisi katoda (-). Adapun asam sulfat digunakan ion untuk menghantarkan arus listrik.

Haznan menuturkan, produk elektrolisisnya berupa hidrogen yang bisa digunakan di berbagai sektor, dari sektor pembangkit listrik, industri terutama industri petrokimia, perumahan, hingga alat transportasi/kendaraan.

“Terkait nikuba yang merupakan produk penelitian/inovasi masyarakat, BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi karena BRIN berkomitmen untuk mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas,” tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (14/7/2023).

Adapun untuk pengujiannya, ada tujuh tahapan yang perlu dilakukan. Mulai dari Idea Generation (Idea formulation), Idea Evaluation (Screening), Concept Testing (pengujian konsep), Product Development (pengembangan produk), Testing and Execution (pengujian dan eksekusi), Post Development (Commercialization, Market Introduction), pengembangan lanjut (komersialisasi dan penetrasi pasar), hingga Support and Maintenance (pendukung dan perawatan).

“Tahapan testing atau uji ini sangat penting untuk validasi dari konsep atau klaim temuan baru. Dengan hasil uji, investor dapat mengetahui performa hasil risetnya, bisa membuktikan secara ilmiah serta dapat melakukan improvement/perbaikan yang terus menerus,” ujar pria peraih gelar doktor dari Korea University of Science and Technology tersebut

Perjalanan Panjang Nikuba

Industri otomotif tak lepas dari segala inovasi canggih. Tidak hanya pabrikan mobil atau motor yang mampu menciptakan teknologi, tapi juga perseorangan seperti yang dilakukan Aryanto Misel.

Pria yang tak pernah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) ini, menciptakan inovasi yang disebut Nikuba atau Niku Banyu. Alat ini, mampu mengubah air menjadi bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor.

Namun sayang, antusias dari pemerintah Indonesia terkait penemuan inovasi yang cukup penting di industri otomotif ini tidak disambut baik pemerintah. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meremehkan hasil temuan pria asal Cirebon, Jawa Barat tersebut.

Namun, inovasi Nikuba ini justru menarik minat Eropa. Pabrikan otomotif asal Italia, sampai mengundang Aryanto ke Negeri Pizza untuk menguji coba Nikuba.

Aryanto mengaku jika hasil temuannya telah sempurna ia berencana menjual Nikuba seharga Rp 15 miliar. “Itu mau saya tawarkan Rp 15 miliar,” katanya.

Perjalanan Nikuba hasil temuannya ini cukup panjang. Sebelum Nikuba, penemuan pertama Aryanto adalah Avtur Bahan bakar penerbangan khusus untuk pesawat Aeromodelling pada 1987.

Pada 2005 Aryanto juga membuat Biodiesel dari jelantah yang bisa digunakan kapal nelayan untuk menghemat bahan bakar.

Pada 16 Juni 2023 Aryanto berangkat ke Italia atas undangan untuk memperesentasikan karyanya di dua perusahaan otomotif ternama di negara yang terkenal dengan menara miring Pisa-nya ini.

Di Italia, Nikuba diujicobakan pada produk-produk Eropa, Ferrari dan Ducati. Karya Aryanto tersebut telah mengantongi hak paten dengan nomor DID2022054964 kode kelas 9.

Didampingi dua orang petinggi PT Octagon yang menggerakan bidang motor tempel kapal listrik yaitu Sumardi dan Imanuel Hutapea, mereka diminta menguji coba Nikuba di mobil Ferarri dan motor Ducati.

Jika nantinya berhasil, bahan bakar nikuba akan dipakai oleh motor Ducati di ajang MotoGP dan menjadi satu-satunya sepeda motor yang menggunakan bahan bakar air.

Meski pabrikan otomotif raksasa Italia tertarik untuk mengembangkan temuan Aryanto, sayangnya inovasi Aryanto tersebut kurang mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Meski karyanya dipandang sebelah mata di dalam negeri, temuannya tersebut berpeluang mulai dipasarkan di Afrika hingga Brazil dan menjadi bagian dari komponen mobil supercar.