BolaGila – Sebuah serangan pria bersenjata pisau terjadi hari ini 10 tahun yang lalu atau pada 1 Maret 2014, di sebuah stasiun kereta api di Kunming, barat daya China.
“Serangan ini telah menyebabkan sedikitnya 29 orang tewas,” kata kantor berita negara, Xinhua.
130 orang lainnya terluka, menurut pihak berwenang, dalam kejadian yang merupakan serangan teroris yang direncanakan dan disertai oleh kekerasan.
Pejabat kota setempat mengatakan bahwa bukti-bukti menunjukkan keterlibatan militan dari wilayah barat Xinjiang, namun hal ini tidak diverifikasi.
Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarga mereka.
Mengutip dari BBC, Presiden Xi Jinping kemudian mendesak upaya penyelidikan serangan tersebut.
“Hukuman berat sesuai dengan hukum terhadap para teroris yang kejam dan dengan tegas menindak mereka yang sombong,” ujar sang presiden.
Para saksi mata kejadian ini mengatakan, para pria yang sebagian besar berpakaian hitam itu menyerang orang secara acak.
Seorang korban selamat bernama Yang Haifei terluka di punggung dan dada, mengatakan bahwa saat itu ia sedang membeli tiket kereta api ketika para penyerang tersebut masuk ke stasiun. “Saya melihat seseorang datang ke arah saya dengan pisau panjang dan saya lari bersama semua orang,” ujarnya.
Yang Haifei juga menambahkan bahwa mereka yang terlalu lambat untuk melarikan diri akan ‘ditusuk’.
Beberapa orang melarikan diri dari horor penikaman tersebut mencari orang-orang terkasihnya yang hilang.
Korban lainnya, Yang Ziqing mengatakan bahwa dia dan suaminya sedang menunggu kereta ke Shanghai ketika seorang pria bersenjata pisau tiba-tiba mendatangi mereka. “Saya tidak dapat menemukan suami saya, dan teleponnya tidak dijawab,” katanya.
Penyerangan Brutal dalam 12 Menit
Saksi mata kejadian ini menjelaskan bagaimana kondisi mengerikan yang terjadi pada Sabtu 1 Maret 2014, dan mengatakan bahwa hanya dalam kurun waktu 12 menit, para penyerang menggunakan pedang yang melengkung serta parang daging untuk menikam orang secara acak saat mereka ‘mengamuk‘ di stasiun.
Sementara itu, pihak berwenang menyalahkan kelompok separatis dari wilayah Xinjiang atas serangan tersebut.
Mengutip pernyataan Kementerian Keamanan Publik, enam pria dan dua wanita dipimpin oleh seseorang yang diidentifikasi sebagai Abdurehim Kurban, disebut bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Sementara itu, tidak ada rincian tentang bagaimana para tersangka diidentifikasi dan ditangkap.
Pihak berwenang setempat mengatakan bahwa bukti seperti lambang dan bendera tentang ‘Turkestan Timur’, menunjukkan keterlibatan separatis Uighur dari Xinjiang – sebuah wilayah di ujung barat Tiongkok yang berbatasan dengan Asia Tengah.
Kepala keamanan Tiongkok, Meng Jianzhu telah berjanji akan melakukan upaya sekuat tenaga untuk menghukum berat para teroris.
Hukuman Mati dan Penjara Seumur Hidup
Dalam sebuah pernyataan, pengadilan Kunming mengatakan delapan orang yang mengorganisi serangan itu, empat di antaranya ditembak mati di tempat kejadian.
Sementara itu, tiga tersangka yang diadili, yaitu Iskandar Ehet, Turgun Tohtunyaz, dan Hasayn Muhammad, dituduh “memimpin dan mengorganisir kelompok teror, dan pembunuhan yang disengaja”. Mereka tidak ambil bagian dalam serangan tersebut karena mereka ditangkap dua hari sebelum serangan brutal itu ketika mencoba meninggalkan negara tersebut, mengutip dari BBC.
Tersangka keempat, seorang perempuan bernama Patigul Tohti, dituduh ikut serta dalam kelompok teror dan pembunuhan berencana.
“Setelah ketiga pria tersebut ditangkap, Patigul dan empat tersangka yang tewas melakukan serangan pada malam tanggal 1 Maret, menikam penumpang dan orang yang lewat,” kata pengadilan Kunming.
Sidang dibuka pada Jumat 12 September 2014 pagi, dan hukuman dijatuhkan pada sore harinya.
Ketiga pria tersebut dijatuhi hukuman mati, sementara Patigul Tohti dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Kedubes Amerika Sebut Penyerangan Ini Adalah Tindakan Terorisme
Departemen Luar Negeri AS di Beijing, menggambarkan penyerangan di Stasiun Kereta Kunming adalah tindakan terorisme.
Para pejabat menyalahkan kelompok separatis dari Xinjiang – yang merupakan rumah bagi minoritas Muslim Uighur – atas serangan tersebut.
Sebagai reaksi awal, Kedutaan Besar AS di Beijing menggambarkan serangan itu sebagai “tindakan kekerasan yang mengerikan dan tidak masuk akal”.
Hal ini memicu kemarahan di media pemerintah, dan kantor berita pemerintah Xinhua, mengatakan hal ini menunjukkan “standar ganda dalam perang global melawan terorisme”.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki mengatakan kekerasan di Kunming “tampaknya merupakan tindakan terorisme yang menargetkan anggota masyarakat secara acak“, mengutip dari BBC.