In this picture taken on January 10, 2017, dementia-stricken Kimiko Ito takes a nap while waiting for her husband to bring her lunch at their house in Kawasaki.
One of the world's most rapidly aging and long-lived societies, Japan is at the forefront of an impending global healthcare crisis. Authorities are bracing for a dementia timebomb and their approach could shape policies well beyond its borders. / AFP PHOTO / BEHROUZ MEHRI / TO GO WITH Japan-society-ageing-dementia,FEATURE by Natsuko FUKUE
 Ilustrasi. Pola pemikiran negatif yang berulang dapat menurunkan fungsi kognitif dan menjadi salah satu faktor risiko potensial demensia. (AFP PHOTO / BEHROUZ MEHRI)

— Pikiran negatif dikenal tak baik untuk kesehatan mental. Studi terbaru menemukan, terus menerus berpikir negatif dapat meningkatkan risiko demensia.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University College London, Inggris menemukan, pemikiran negatif berulang dapat menurunkan fungsi kognitif dan penurunan protein dalam otak yang bisa menyebabkan Alzheimer atau demensia.

“Kami menemukan bahwa pola berpikir negatif kronis dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko demensia,” ujar salah seorang peneliti, ahli psikiatri, Natalia Marchant, mengutip publikasi resmi penelitian dalam EurekAlert.

Studi mempelajari 292 peserta studi berusia lebih dari 55 tahun. Studi dilakukan selama dua tahun.

Peserta diminta melaporkan soal kebiasaan berpikir negatif seperti merenungi masa lalu dan khawatir akan masa depan. Peneliti juga mengecek keberadaan gejala cemas dan depresi pada peserta.

Selain itu, para peneliti juga mengukur fungsi kognitif peserta. Beberapa peserta juga menjalani CT scan.

Hasilnya, penelitian menemukan, peserta dengan paparan pikiran negatif yang berulang berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif lebih dari empat tahun.

Dengan adanya studi ini, para peneliti berharap agar kebiasaan berpikir negatif dapat dijadikan sebagai salah satu faktor risiko potensial demensia.

“Kami berharap agar temuan kami dapat digunakan untuk mengembangkan strategi menurunkan risiko demensia dengan mengurangi pola berpikir negatif,” kata Marchant.

Selain itu, perlu dipelajari juga apakah aktivitas terapi psikologi seperti meditasi dapat mengurangi risiko tersebut. Kini, Marchant bersama peneliti lainnya tengah mengerjakan proyek besar untuk melihat apakah intervensi seperti meditasi dan terapi bicara dapat mengurangi risiko demensia.