Raja Belanda Minta Maaf

BOLAGILA – Raja Belanda Willem-Alexander meminta maaf atas keterlibatan dan peran negaranya dalam perbudakan serta pengaruhnya yang masih ada hingga saat ini. Dia juga mengakui hal tersebut sebagai kejahatan pada kemanusiaan.
Dilansir BOLAGILA, Minggu (2/7/2023)m Willem menyampaikan permintaan maaf secara terbuka itu saat menghadiri pada upacara peringatan 160 tahun penghapusan perbudakan secara sah di Belanda. Dia juga menyinggung rasisme dalam masyarakat Belanda tetap menjadi masalah dan tidak semua orang akan mendukung permintaan maafnya.

“Pada hari ini mengingat sejarah perbudakan Belanda, saya mohon maaf atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini,” katanya.

Meski begitu, dia percaya waktu akan mengubah keadaan. Dia menyinggung rantai perbudakan yang kini sudah benar-benar putus.

“Waktu telah berubah dan Keti Koti rantainya benar-benar telah putus,” katanya yang disambut sorak-sorai dan tepuk tangan ribuan penonton di monumen perbudakan nasional di Oosterpark Amsterdam.

Sebagai informasi, Keti Koti adalah kata-kata Suriname yang berarti ‘rantai putus’ dan itu adalah gelar yang diberikan pada 1 Juli sebagai hari peringatan perbudakan dan perayaan kebebasan. Permintaan maaf itu juga muncul di tengah pertimbangan ulang yang lebih luas tentang masa lalu kolonial Belanda, termasuk keterlibatan dalam perdagangan budak Atlantik dan perbudakan di bekas jajahannya di Asia.

Willem juga mengakui adanya beban yang berat atas sejarah kelam negaranya. Dia pun mengakui apa yang dilakukan negaranya sebagai kejahatan kemanusiaan.

“Hari ini, saya berdiri di hadapan Anda. Hari ini, sebagai raja Anda dan sebagai anggota pemerintah, saya membuat permintaan maaf ini sendiri. Dan saya merasakan beban kata-kata di hati dan jiwa saya,” ujar dia.

“Tapi hari ini, pada hari peringatan ini, saya meminta maaf atas kegagalan yang jelas dalam menghadapi kejahatan terhadap kemanusiaan ini,” tambahnya.

Suara Willem-Alexander tampak pecah karena emosi saat dia menyelesaikan pidatonya sebelum meletakkan karangan bunga di monumen perbudakan nasional negara itu di sebuah taman Amsterdam. Pidato Willem ini mengikuti permintaan maaf Perdana Menteri Belanda Mark Rutte akhir tahun lalu atas peran negara dalam perdagangan budak dan perbudakan. Ekspresi penyesalan publik adalah bagian dari perhitungan yang lebih luas dengan sejarah kolonial di Barat yang didorong oleh gerakan Black Lives Matter dalam beberapa tahun terakhir.