BOLAGILA, Jakarta – Sudah 7 tahun berlalu. Hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370, masih jadi misteri terbesar dunia penerbangan.

Pesawat Boeing 777-200ER itu menghilang dari radar pada 8 Maret 2014, tidak lama setelah lepas landas dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China.

Hingga kini, apa yang terjadi pada pesawat dan 239 orang di dalamnya tidak diketahui. Insiden pesawat nahas itu pun telah memicu perburuan liar untuk kebenaran yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Terbaru, mengutip Express.co.uk, Rabu (22/12/2021), Andre Milne dari Unicorn Aerospace meyakini bahwa dia dan timnya mungkin hampir memecahkan misteri itu. Menurut penyelidik, dia telah menemukan citra satelit dari apa yang dia gambarkan sebagai “impact event” atau “peristiwa dampak” berada jauh di dalam hutan Kamboja.

Andre Milne mengatakan, dia melakukan referensi silang gambar dengan kontaknya di Pentagon AS dan Gedung Putih, dan bermaksud untuk meluncurkan misi pengintaian helikopter pada awal tahun 2022. Komunike terakhir awak MH370 direkam di atas Laut China Selatan, sekitar 38 menit setelah lepas landas.

Tak lama setelah itu, pengendali lalu lintas udara kehilangan jejak pesawat tetapi masih dilacak oleh radar militer selama sekitar satu jam. Data radar menunjukkan pesawat menyimpang dari rute yang direncanakan dan menghilang sekitar 200 mil laut barat laut Pulau Penang, Malaysia.

Milne percaya pesawat itu mungkin jatuh di atas Kamboja, yang terletak di timur laut Malaysia, di antara Thailand dan Vietnam. Dugaan ini muncul setelah beberapa bukti mengemuka menunjukkan bahwa pesawat yang hilang itu terakhir kali mengirim sinyal ping ke seluruh negeri tetapi informasi itu awalnya diabaikan.

Ia mengatakan, “Kontak Pentagon saya pada dasarnya memerintahkan saya untuk mendapatkan tim pengintaian rahasia di lapangan sesegera mungkin.”

“Dua tim akhirnya dibentuk oleh kru pengintai rahasia terbaik yang pernah saya tangani, yang setelah berbulan-bulan melakukan perencanaan pergi ke hutan Kamboja Senin 20 Desember lalu dan menetapkan lokasi kecelakaan hampir tidak mungkin untuk dicapai dengan berjalan kaki dan kemudian dikirim dengan drone pengintai untuk mengkonfirmasi keadaan lokasi kecelakaan yang sekarang telah sepenuhnya ditumbuhi vegetasi hutan.”

“Artinya, satu-satunya cara seseorang mencapai lokasi itu sekarang adalah dengan helikopter pengintai. Itu sedang dikerjakan sekarang. Saya juga akan menghubungi Military Sat Intel China, Rusia dan AS dan meminta sapuan penginderaan jauh yang akan diambil dari luar angkasa untuk mendeteksi massa aluminium dan titanium yang dicurigai di tanah yang tertutup hutan belantara.”

“Saya ingat bahwa sinyal terakhir yang sebenarnya diterima dari MH370 ke Kontrol Operasi Malaysia sebenarnya dari Kamboja, tetapi secara keliru diabaikan karena dugaan data Samudera Hindia Selatan Inmarsat dianggap lebih dapat diandalkan yang kita semua tahu sekarang bagaimana misi pencarian MH370 berakhir dalam kegagalan total.”

Menurut Milne, gambar satelit yang dia bagikan menunjukkan “sebelum dan sesudah” dari dugaan klaim lokasi kecelakaan, sebelum dan sesudah pesawat MH370 hilang.

Dia percaya gambar-gambar itu, jika dibandingkan, mengungkapkan sesuatu yang menghantam bagian hutan ini. Gambar lain yang dibagikan, tampaknya menunjukkan tata letak Boeing 777 skala 1:1 ke lokasi, yang menurut Milne “cocok dengan ukuran skala Malaysia Flight MH370”.

Laporan pada 2018 tentang hilangnya MH370 oleh Kementerian Transportasi Malaysia tidak meyakinkan tetapi menghasilkan penerapan protokol keselamatan yang diharapkan akan mencegah tragedi serupa lainnya terjadi.

Karena banyak peneliti percaya pesawat itu jatuh ke laut, langkah-langkah tersebut termasuk memperpanjang masa pakai baterai underwater locator beams serta memperpanjang waktu flight data recorders (perekaman perekam data penerbangan).

Potongan-potongan puing pesawat MH370 yang potensial telah ditemukan di sepanjang pantai di wilayah tersebut, menunjukkan bahwa pesawat itu mungkin tidak jatuh di tanah keras. Laporan 2018 tidak mengesampingkan “campur tangan tidak sah oleh pihak ketiga.”

Sebetulnya ini bukan pertama kali ada kabar bahwa pesawat MH370 ditemukan di hutan belantara Kamboja. Pada 2018, ada kabar serupa, namun dibantah oleh pemerintah Kamboja.

Akun Twitter SpaceWill Info juga membantah kabar tersebut. SpaceWill merupakan marketing dari satelit SuperView dari China.

Pengamat penerbangan dan founder Aero Indo Magazine, Arista Atmadjati, juga tidak percaya dengan klaim dari Unicorn Aerospace. Arista menilai jika pesawatnya jatuh di darat, maka seharusnya sudah ketemu oleh satelit sejak lama.

“Kalau jatuh di darat, itu gampang deteksi. Satelit di dunia ini ada berapa? Indonesia saja punya citra satelit sendiri, mungkin kalau jatuh di darat, citra satelit bisa baca,” jelas Arista.

Ia berkata satelit bahkan bisa mendeteksi apa yang ada di bawah tanah. Apabila MH370 jatuh di hutan, ia menilai dalam sebulan bisa ditemukan.

“Kayak satelit untuk cari minyak. Minyak itu kan dalam tanah. Itu kan kelihatan kandungan minyak, kandungan emas, dari satelit juga tahu. Apalagi kalau cuman dihalangin pohon. Lebih mudah karena tidak di dalam tanah. Di dalam tanah saja satelit bisa lihat juga,” ujarnya.

Arista menjelaskan bahwa pesawat yang jatuh di dalam laut susah dilacak akibat efek pusaran bawah laut. Akibatnya, pesawat menjadi porak-poranda.

Ia mencontohkan ketika ada bagian dari pesawat MH370 yang pernah ketemu di Madagaskar.

“Ya memang kalau di laut begitu. Porak-poranda. Ke sana-kemari. Jadi satelit juga bingung, apalagi kalau di bawah kena pusaran itu bisa pindah-pindah,” ungkapnya.

Arista pun mempertanyakan motif dari pihak yang menyebut bahwa pesawat MH370 jatuh di Kamboja.

Pasalnya, selain ada teknologi satelit, jika pesawat jatuh di darat maka kemungkinan warga setempat yang berburu di hutan tersebut pasti bisa menemukannya.

Ia berkata akan kagum apabila pihak Unicorn Aerospace benar, maka ia akan kagum. Tetapi apabila sebaliknya, maka ia penasaran motivasi sebenarnya dari pihak Unicorn.

“Kalau itu enggak benar, nah ini motivasinya apa?” jelas Arista

Malaysia memutuskan untuk mengakhiri pencarian MH370 pada 2017, yang sangat mengecewakan kerabat para korban yang berduka. Namun di belahan dunia lain, ada pula yang melanjutkan perburuan, salah satunya adalah Peter Foley.

Foley merupakan direktur program untuk upaya internasional yang dipimpin oleh Biro Keselamatan Transportasi Australia. Dia mengaku sangat tertarik untuk melihat mencari dan yakin pesawat itu dapat ditemukan.

“Sejujurnya saya percaya orang-orang yang berada jauh dari rumah dan berada di dalam cuaca yang sangat mengerikan di Samudra Hindia adalah pahlawan mutlak. Sebab mereka melakukan pencarian dan kami benar-benar bekerja sangat keras untuk menemukan pesawat itu,” katanya kepada media Inggris, The Guardian.

Selain Foley, ada ahli lain yang berdedikasi, mulai dari ahli teori konspirasi hingga mereka yang amatir dan punya berniat baik untuk mencari.

Ian MacLeod, seorang ahli kapal karam, penyelam dan pecinta misteri laut, juga mengatakan ini hanya soal waktu. Yakin bahwa pesawat itu akan ditemukan.

Dia juga menjelaskan mengapa dia ingin menemukan pesawat itu. Pakar korosi yang berbasis di Perth itu mengatakan yang penting adalah memberikan penjelasakan kepada keluarga korban.

“Orang-orang yang kehilangan nyawanya, itu tidak sia-sia, karena kisah mereka terus hidup. Itulah yang memotivasi saya.”

Ahli lain adalah insinyur ruang angkasa Richard Godfrey, yang merupakan bagian dari kelompok ilmuwan independen yang berburu puing-puing MH370.

Berbicara dari Frankfurt di Jerman, Godfrey mengatakan dia “cukup fokus”, menghabiskan berjam-jam setiap hari selama tujuh setengah tahun terakhir untuk pencarian.

Dia menggunakan jaringan laporan propagasi sinyal lemah (WSPR) untuk melacak gangguan dalam gelombang radio. Ini adalah database global soal gelombang radio yang dipantulkan atau dihamburkan ketika sebuah pesawat melintasinya.

Ada banyak ahli lain yang berbagi keinginannya. Blaine Gibson, seorang ahli kapal masih mencari jawaban. Bob Ballard, yang menemukan bangkai kapal Titanic pada 1985, ingin membantu.

MH370 menghilang dari radar kontrol lalu lintas udara beberapa menit setelah penerbangannya dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Beijing. Analisis data satelit dan radar menunjukkan pesawat itu terus terbang selama tujuh jam.