BOLAGILA – Mencetak gol lewat titik penalti semestinya lebih mudah ketimbang cara konvensional. Namun, sejumlah laga menunjukkan hal sebaliknya.
Dalam tendangan 12 pas, pemain ‘hanya’ perlu kuat mental melawan kiper lawan.
Berbeda dengan proses biasa. Meski mendapat bantuan dari rekan, gol tidak gampang diciptakan karena rival juga punya 11 pemain. Belum lagi mempertimbangkan strategi pelatih lawan yang membuat permainan sendiri tidak berkembang.
Alhasil, skor pertandingan sepak bola biasanya kecil. Tidak seperti cabang olahraga tim lain yang memasukkan bola lainnya seperti basket atau hoki.
Meski begitu, anomali tetap saja terjadi. Sejumlah laga menghasilkan skor terbalik yakni adu penalti lebih kecil ketika laga berlangsung 120 menit.
Banjir Gol di Senta
Pada babak kualifikasi Liga Europa 2021/2022, Steaua Bucharest dari Rumania menghadapi Backa Topola asal Serbia untuk memperebutkan tempat di putaran selanjutnya. Laga hanya berlangsung sekali karena pandemi Covid–19 masih menghantui.
Banjir gol tercipta dengan masing-masing tim mencetak empat gol di waktu normal pada laga di Senta, Serbia. Steaua dan Backa kemudian menghasilkan empat gol tambahan untuk menghasilkan skor 6-6 selepas perpanjangan waktu.
Dengan total 12 gol, angka itu tanpa kesulitan mengalahkan skor 5-4 pada adu penalti bagi kemenangan Steaua. Mihajlo Banjac jadi satu-satu pesakitan di babak tos-tosan.
Tidak jauh berbeda, klub Divisi III Chemnitzer mengimbangi Mainz 5-5 pada babak pertama DFB Pokal 2014/2015. Mereka lalu membuat kejutan dengan menang 5-4 di adu penalti.