BANYAK yang berasumsi bahwa mi instan dan makanan yang mengandung Monosodium Glutamat (MSG) termasuk jenis makanan pemicu kanker. Menurut Prof. Aru Sudoyo, Ketua Yayasan Kanker Indonesia, hingga saat ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan hal tersebut.

β€œKandungan MSG itu mempengaruhi otak manusia sehingga mengubah persepsi kita tentang makanan menjadi lebih enak. MSG tidak langsung merusak DNA sel yang kemudian jadi kanker, tapi efek sampingnya akan membuat seseorang ketagihan untuk mengonsumsinya. Jika tidak dikontrol, berat tubuh akan mengalami kenaikan dalam waktu singkat. Itulah yang akan menimbulkan risiko kanker.

Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap kanker, Aru juga sempat memaparkan beberapa mitos yang hingga saat ini masih dipercaya banyak orang sebagai penyebab penyakit berbahaya itu. Berikut ulasan lengkapnya.

Kanker bukanlah sekadar penyakit modern buatan manusia, namun telah ditemukan sejak ribuan tahun lalu. Catatan medis di Mesir dan Yunani menemukan tanda-tanda kanker pada kerangka manusia dari 3000 tahun silam. Meski gaya hidup, diet, dan polusi udara berdampak pada risiko terkena kanker, hal tersebut tidak sepenuhnya disimpulkan sebagai penyakit modern buatan manusia. Banyak penyebab kanker datang dari alam. Satu dari enam kanker yang mendunia disebabkan oleh berbagai virus dan bakteri.

Buah beri, akar bit, brokoli, bawang putih, teh hijau, dan superfood lainnya dianggap dapat mencegah kanker. Namun faktanya, makanan tersebut termasuk bagian dalam pola hidup sehat yang dimaksudkan untuk mencegah kanker. Memang sangat penting untuk memperhatikan jenis makanan apa saja yang kita konsumsi sehari-hari. Buah dan sayuran dianggap lebih sehat dibandingkan jenis makanan lainnya. Penelitian sudah membuktikan bahwa ada tiga komponen utama untuk menerapkan pola hidup sehat yakni, menjaga berat badan yang ideal, olahraga teratur, serta mengikuti diet atau mengonsumsi makanan sehat. Ketika komponen ini dipercaya dapat menurunkan risiko terkena kanker hingga 35 persen. Menghindari alkohol berlebihan serta tidak merokok juga dapat menurunkan risiko kanker lebih besar lagi.

Banyak orang yang berasumsi, mengonsumsi makanan asam dapat meningkatkan risiko terkena kanker, sementara makanan dengan tingkat alkali lebih tinggi berdampak sebaliknya. Mitos ini tidak benar adanya. Sel kanker tidak dapat hidup pada lingkungan dengan kadar alkalin yang tinggi, namun sel-sel lain di tubuh manusia juga demikian. Jadi sangat keliru jika Anda beranggapan makanan asam dapat menyebabkan kanker. Lingkungan asam di seputar sel kanker lebih disebabkan oleh cara tumor menciptakan energi dan menggunakan oksigen, dibandingkan dengan selaput sehat lainnya. Dalam arti lain, tidak ada bukti bahwa makanan dapat memanipulasi tingkat keasaman tubuh yang menyebabkan kanker.

Ada beberapa jenis kanker yang muncul akibat konsumsi lemak berlebihan, yakni kanker empedu, usus, dan ginjal. Namun sebetulnya, makanan berlemak tidak menyebabkan kanker. Tetapi lemak pada tubuh kita sendiri yang diakibatkan oleh asupan karbohidrat dan gula berlebih yang dapat meningkatkan risiko kanker.

Banyak orang yang menolah pemeriksaan biopsy terhadap tumor yang diidapnya, karena khawat benjolan tersebut akan menjadi kanker. Hal ini merupakan mitos yang sangat merugikan karena seringkali pengobatan menjadi terlambat. Ada dua hal penting yang harus diketahui disini. Pertama, sebuah benjolan yang jinak tidak akan menjadi ganas karena biopsy. Tumor jinak akan tetap jinak, demikian pula sebaliknya. Kedua, kanker tidak akan dapat diobati bila tidak diketahui jenisnya. Hal yang sama juga berlaku pada proses pembedahan.