Bolagila – Lebih dari 18 bulan, Bali hidup dalam sunyi. Tahun kelam dilalui. Saat jalanan yang biasanya macet, mendadak sepi. Deretan pertokoan menutup dan mengunci rapat rolling door. Turis asing hampir tak terlihat. Seperti kota mati.
Hotel, resort, restoran, kafe, tempat wisata hiburan, dan atraksi budaya yang dulu penuh sesak dipadati wisatawan, kini masih sepi. Menyisakan pengangguran dan masalah ekonomi.


“Sangat terpukul semua pengusaha-pengusaha yang terkait dengan pariwisata. Karena, pandemi ini luar biasa kena dampaknya. Khususnya, hotel-hotel dan destinasi wisatanya juga sangat terdampak,” kata Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Kota Denpasar MA Dezire Mulyani.
Sepinya Bali membuat para pelaku usaha putar otak. Demi bertahan hidup. Beberapa diantaranya gulung tikar. Ada juga yang akhirnya banting setir.


Bli Joni (35) berjuang keras untuk bertahan hingga hari ini. Pengelola resort di kawasan Tulamben ini berbagi cerita. Terpaksa banting harga. Dari semula bertarif Rp1,5 juta/malam, kini disewakan hanya Rp3,5 juta per bulan.
“Kalau tidak disewakan per bulan akan tutup bahkan tidak terawat seperti puluhan resort yang bisa disaksikan di kawasan Tulamben ini,” tuturnya.
Cepat atau lambat, wisatawan akan kembali ke Bali. Setelah kasus Covid-19 terkendali. Itu bisa dicapai jika target vaksinasi 70 persen masyarakat Bali terealisasi. Kemungkinan September 2021.


“Pemerintah Provinsi Bali tetap berkomitmen untuk selalu berusaha mencari solusi terbaik sehingga kita dapat segera pulih kembali,” jelas Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace.
Suatu hari nanti, pintu gerbang pariwisata Indonesia akan kembali dibuka. Harapan tak pernah padam. Agar kehidupan segera kembali normal. Pariwisata Bali akan kembali jadi andalan. Semua bergandengan tangan. Saling bahu membahu, membangkitkan kembali Bali.