Father and his daughter are watching Meteor Shower. Night sky.

Sebuah fenomena alam langka akan menghiasi langit. Hujan meteor baru yang belum pernah terlihat sebelumnya, akan menaburkan debu komet di atas wilayah paling selatan Bumi di tahun ini.

Hujan meteor ‘Finlay-id’, demikian sebutannya, diprediksi akan berlangsung sekitar 10 hari pada musim gugur (September-Desember) tahun ini, muncul di lintang selatan dengan sedikit daratan.”Hal itu menjadikan Finlay-id tak hanya menarik, tetapi juga sangat sulit untuk diamati,” kata Diego Janches, astrofisikawan penelitian di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, dikutip dari Space.com, Rabu (12/5/2021).

Janches menduga, taburan hujan meteor tersebut akan berasal dari konstelasi Ara (Altar). Namun sejauh ini pancaran persisnya, titik dari mana meteor tampaknya berasal, belum diketahui karena ini merupakan peristiwa baru.”Prediksi menunjukkan, terjadinya Finlay-id akan dimulai sekitar akhir September dan mencapai puncaknya pada 7 Oktober,” kata Janches.

Cara hujan meteor terjadi

Saat Bumi mengelilingi Matahari, planet ini sesekali berjalan melalui awan puing-puing yang ditinggalkan oleh komet dan asteroid. Partikel-partikel tersebut berinteraksi dengan atmosfer Bumi dan menghasilkan bintang jatuh.

Biasanya, awan ini kurang lebih tetap berada di tempat yang sama, memungkinkan Bumi melewati setiap awan puing yang unik setahun sekali. Inilah mengapa hujan meteor besar seperti Perseids dan Geminid menjadi kejadian tahunan.”Hujan meteor Finlay-id mungkin hanya terjadi satu kali. Kalaupun terjadi beberapa kali, hujan meteor ini tidak akan terjadi setiap tahun,” prediksi Janches.

Hujan meteor baru ini dinamai Finlay-id dengan mengambil sebutan dari Komet 15P/Finlay yang memiliki lebar sekitar 2 kilometer. Mungkin ada kantong debu tersembunyi dari komet Finlay yang akan bertabrakan dengan Bumi bertahun-tahun dari sekarang. Namun para astronom masih tidak yakin tentang bagaimana komet ini bisa muncul kemudian.

Hujan meteor dengan tembakan tunggal dimungkinkan karena orbit aliran debu berubah bentuk dan ukuran seiring waktu. Karena materi memasuki ruang angkasa setelah mengalir dari komet, jalur asli awan puing melalui tata surya sama dengan orbit komet.

Ketika partikel puing mulai melambat, bentuk orbit puing-puing itu menyempit, berubah dari orbit berbentuk oval menjadi jalur yang lebih melingkar.”Ini adalah fenomena yang menciptakan hujan meteor yang sebelumnya tidak pernah ada di atmosfer Bumi,” tutupnya.