— Masa karantina mandiri selama pandemi virus corona boleh jadi sekaligus merupakan momen untuk mewujudkan body goals. Sebagian orang mengidamkan postur tubuh impian, termasuk misalnya, perut kotak-kotak bagai papan penggilas cucian.

Karena itu orang-orang gigih berolahraga demi mendapat tubuh yang ideal. Selagi Anda berolahraga dan mengupayakan tubuh impian, ada mitos-mitos menyoal lemak perut yang sebaiknya dihindari.

Sebab selain kadang anggapan itu keliru, mitos-mitos tersebut justru bisa mengaburkan tujuan utama Anda menyehatkan tubuh. Simak beberapa catatan berikut.

1. Lemak perut sama saja dengan lemak lain
Jangan anggap enteng lemak perut. Lemak perut khususnya lemak viseral malah jauh lebih berbahaya daripada lemak-lemak di bagian tubuh lain. Lemak viseral juga ditemukan pada organ-organ tubuh lain dan bertanggung jawab untuk beragam masalah kesehatan seperti, resistensi insulin, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan, kanker payudara.

Ada cara sederhana untuk mengetahui kapan lingkar pinggang sudah masuk zona bahaya. Pada pria, jika ukuran lingkar pinggang lebih dari 90 centimeter jadi tanda lemak perut tidak sehat. Sedangkan pada perempuan, 80 centimeter.

2. Olahraga demi perut rata, targetnya lemak perut
Meyakini 100 kali sit up setiap hari bisa melunturkan lemak perut, jelas ini keliru besar. Menurut Peter Jenkins, personal trainer di New York, Anda tidak bisa mengurangi lemak perut secara efektif.

“Tetapi Anda dapat secara aktif melatih dan mengembangkan otot perut Anda sehingga ketika kadar lemak Anda secara keseluruhan menurun, bentuk otot Anda akan menjadi lebih terlihat,” jelas Jenkins mengutip dari Livestrong.

Shot of a group of young people doing planks together during their workout in a gym

3. Latihan cardio adalah yang terbaik
Apakah cardio jadi latihan terbaik untuk mengatasi lemak perut? Justru Latihan HIIT (high-intensity interval training) yang lebih efektif. Jenkins mengatakan, HIIT lebih menuntut dan membakar lebih banyak energi selama periode waktu tertentu daripada latihan cardio termasuk aerobik.

Sebuah penelitian yang diterbitkan Mayo Clinic Proceeding pada 2019 membandingkan efek latihan HIIT selama 30-60 detik dan intensitas sedang. Peneliti menemukan kelompok HIIT kehilangan lebih banyak lemak perut dan lemak tubuh secara keseluruhan.

Akan tetapi sebaiknya Anda tidak buru-buru mengubah menu latihan jadi HIIT secara drastis. Elemen latihan lain juga diperlukan seperti latihan ketahanan yang bisa meningkatkan metabolisme.

“Massa otot tanpa lemak adalah jaringan aktif dan membutuhkan pengeluaran kalori untuk tetap dipertahankan. Ini berarti memiliki lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak sama dengan metabolisme istirahat lebih tinggi,” jelas Jenkins.

4. Makanan tertentu bisa melunturkan lemak
Katheryn Scauzzo, pakar diet, menegaskan tak ada yang namanya makanan juga minuman peluntur lemak perut. Namun memang ada beberapa petunjuk untuk makan makanan sehat yang bisa membantu.

Diet Mediterania misalnya, diet ini memprioritaskan konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan lemak sehat.

Studi terbitan The American Journal of Clinical Nutrition menyebut makanan yang tinggi serat bisa menurunkan kadar lemak viseral. Ini terutama pada konsumsi serat larut air (soluble fibre). Menurut studi yang diterbitkan di jurnal Obesity, konsumsi 10 gram serat per hari bisa ‘melunturkan’ lemak perut hingga 4 persen.

Top back view portrait of sleepy woman lying on stomach wearing pants singlet tired after hard day

5. Hanya makanan tak sehat dan ‘mager’ yang berkontribusi pada lemak perut
Sebenarnya makanan tak sehat dan mager alias malas gerak hanya dua dari beberapa faktor penumpukan lemak perut. Ada empat faktor lain yang turut berkontribusi yakni, pola tidur, faktor genetik, stres dan usia.

Cukup tidur memengaruhi pilihan makanan Anda. Berdasar National Sleep Foundation, kurang tidur bisa membuat orang makan berlebihan karena kadar hormon grelin (hormon yang menstimulasi rasa lapar) meningkat dan kadar hormon leptin (stimulasi rasa kenyang) menurun.

Faktor genetik pun memainkan peran, ditambah usia. Seiring berjalannya waktu, massa otot menurun dan kadar lemak meningkat. Ini normal.

Selain itu, faktor stres. Saat Anda stres, tubuh memompa lebih banyak hormon kortisol. Ini bisa jadi masalah karena kenaikan hormon kortisol membuat penumpukan lemak lebih banyak di bagian tengah tubuh.