BOLAGILA, Jakarta – Setiap individu memiliki jalan pendidikan yang unik dan berbeda, berdasarkan berbagai faktor, termasuk lingkungan belajar, minat pribadi, dan pengalaman hidup mereka. Bagi Maudy Ayunda, belajar tidak terbatas pada dinding-dinding sekolah atau universitas, melainkan juga melalui interaksi dan pengalaman di luar lingkungan akademik.

Wanita berusia 28 tahun dengan banyak pengalaman di bidang musik dan hiburan ini menekankan pentingnya interaksi dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, peluang untuk berinteraksi dan berkomunikasi ada di mana-mana, tidak hanya di lingkungan akademis atau sosial tertentu. Di tempat kerja atau di tempat umum, misalnya.

“Poin-poin belajar paling banyak justru saat aku ngobrol dengan guru dan teman di luar jam sekolah,” ucapnya saat sesi Ngobrol Publik #2 “Belajar Tak Hanya di Sekolah” Belajaraya 2023 di Pos Bloc, Jakarta Pusat pada Sabtu, 29 Juli 2023.

Maudy mengungkapkan bahwa lingkungan rumahnya sangat mendukung proses belajarnya. Dalam lingkungan tanpa televisi, dia dibesarkan dalam lingkungan yang dipenuhi dengan buku. Dia menjadi lebih terdorong untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku.

Salah satu kenangan paling berkesan bagi Maudy adalah saat dia membaca kata “kompas” untuk pertama kalinya. Kata ini, dan banyak kata dan konsep lain yang dia pelajari dari membaca buku, menjadi fondasi bagi pengetahuan dan pemahaman Maudy.

“Baca mendatangkan banyak sekali perspektif, sehingga manusia dipaksa berfikir terus-menerus, apalagi kalau perspektif itu bertolak belakang” ungkapnya.

Minim Literasi

Nisa mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes PISA, masih ada sekitar 70 persen siswa Indonesia yang memiliki tingkat literasi di bawah standar minimum yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi secara efektif, yang bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar secara mandiri.

“Literasi itu berbicara tentang kemampuan dan kemauan. Karena keduanya itu rendah, anak-anak cenderung melihat ‘Ah aku gak pinter matematika, ngapain aku belajar matematika?’ Akhirnya mereka nggak melatih kecerdasan itu, padahal kecerdasan bisa dilatih,” jelas Nisa.

Namun, menurut Nisa, kurang dari 30 persen anak Indonesia memahami konsep ini. Banyak anak yang masih percaya bahwa kecerdasan adalah bakat, dan bahwa kemampuan mereka sudah ditentukan sejak lahir. Pandangan ini bisa menghambat motivasi mereka untuk belajar dan berkembang, karena mereka mungkin merasa bahwa tidak ada gunanya berusaha jika mereka merasa tidak ‘pintar’.

“Guru-guru yang galak itu sebenarnya sedang mengasah growth mindset kita untuk percaya bahwa kita bisa. Namun, kurang dari 30 persen yang percaya bahwa kecerdasan bisa dikembangkan,” kata Nisa.

Tidak Pernah Mengulang Ujian

Mengutip kanal Showbiz , Maudy Ayunda sempat menggelar sesi tanya jawab tepat seputar fun fact-nya. Banyak jawaban menarik yang keluar dari mulut istri Jesse Choi tersebut, termasuk soal pendidikannya.

Sama seperti kebanyakan orang, Maudy Ayunda mengaku sering merasa bosan jika sudah belajar terlalu lama. “Pernah lah kalau sudah (belajar) berjam-jam, terus besoknya mau ujian,” ungkapnya dikutip dari YouTube yang diunggah oleh akun Twitter tanyarlfes, Kamis, 20 Juli 2023.

Yang paling menarik, Maudy Ayunda mengaku tidak pernah mengikuti remedial selama dia mengenyam pendidikan. Sepertinya dia selalu mendapat nilai yang memuaskan setiap kali mengikuti ujian.

“Enggak (remedial) ha ha ha,” ujarnya.

Maudy Ayunda diketahui berhasil meraih prestasi di bidang pendidikan ketika berhasil lulus dalam studinya di program sarjana philosophypolitics and economics di Universitas Oxford. Maudy juga menjadi lulusan Master of Business Administration dan Master of Arts in Education di Universitas Stanford.